Sosiologi Distribusi

|

Ilmu ekonomi dan Sosiologi mempunyai definisi yang sama mengenai apa itu distribusi, yaitu baik ilmu ekonomi maupun sosiologi mendefinisikan distribusi sebagai ekonomi suatu barang yang bernilai langka dalam masyarakat. Namun pada Sosiologi distribusi ini, proses distribusi tidak hanya sekedar dilihat sebagai pengaruh dari mekanisme pasar (permintaan dan penawaran), seperti yang biasa dianalisis oleh ilmu ekonomi, misalnya barang yang mempunyai tingkat permintaan pasar yang tinggi maka distribusi barang itu cenderung untuk mengikuti mekanisme ini sehingga distribusi barang tersebut menjadi lebih tersebar luas ketimbang barang-barang yang permintaan pasarnya rendah.

Menurut analisis sosiologi distribusi, bila kita mengandaikan analisis distribusi hanya pada mekanisme permintaan dan penawaran, dalam istilah sosiologi distribusi disebut sebagai mekanisme ketuhanan maka analisis itu belum secara menyeluruh persoalan distribusi, yaitu persoalan siapa mendapat apa dan bagaimana. Siapa yang diuntungkan dari proses distribusi dan bagaimana mekanisme hingga hal itu terjadi.

Untuk menjawab persoalan tersebut, dalam sosiologi distribusi, proses distribusi diletakkan pada kerangka sistem distribusi yang merupakan cerminan dari stratifikasi sosial yang dibangun oleh 3 variabel, yaitu power (kekuasaan) privilege (hak istimewa) dan prestige (kehormatan). Variabel kekuasaan merupakan variabel kunci yang paling dominan dalam mempengaruhi proses distribusi. Atau dengan kata lain, proses distribusi, menurut sudut pandang sosiologi distribusi, amat tergantung pada ke-3 variabel tersebut. Sebagai contoh seseorang yang mempunyai kekuasaan yang besar maka ia akan ditempatkan pada posisi paling atas dari suatu sistem distribusi, dengan demikian ia akan lebih diuntungkan dari sistem distribusi tersebut. Hal ini berarti semakin besar tingkat kekuasaan, hak istimewa dan kehormatan yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang maka semakin besar pula akses dalam distribusi. Karena dengan semakin besarnya ke-3 varibel tersebut maka kemungkinan seseorang atau sekelompok orang didahulukan pada posisi paling atas dari suatu sistem distribusi akan semakin besar. Dengan demikian orang atau kelompok orang tersebut akan mempunyai peluang dalam mendapatkan keuntungan dari proses distribusi yang sedang berlangsung.

Sosiologi distribusi sebagai disiplin ilmu. Inti dari modul ini adalah argumentasi-argumentasi bahwa masalah distribusi tidak hanya cukup dilihat dari pendekatan mikro ekonomi, yaitu permintaan dan penawaran namun lebih jauh lagi bahwa masalah distribusi dapat dikaji dalam konteks yang lebih luas, yaitu masyarakat, institusi, dan hubungan sosial yang merupakan analisis bidang kajian sosiologi.

Bidang ilmu sosiologi terbagi dalam dua bagian utama, yaitu statika sosial dan dinamika sosial. Dalam statika sosial, institusi utama atau kompleks institusi utama di dalam masyarakat dianggap sebagai satuan utama dalam analisis sosiologi, dan sosiologi dianggap sebagai jalinan hubungan antara institusi-institusi tersebut. Sedangkan dalam bagian dinamika sosial, yang dititikberatkan adalah masyarakat secara keseluruhan sebagai suatu satuan analisis, dan harus memperlihatkan bagaimana masyarakat berkembang dan berubah dari masa ke masa.

Sosiologi Distribusi merupakan salah satu cabang Sosiologi yang menitikberatkan pada aspek dinamis dalam masyarakat, yaitu struktur sosial.

Sosiologi Distribusi membahas masalah distribusi berdasarkan teori-teori Sosiologi dan teori-teori Ekonomi. Distribusi yang dimaksud dalam studi Sosiologi Distribusi adalah alokasi sesuatu yang bernilai langka, baik yang dilakukan melalui pertukaran sosial maupun melalui pasar. Pemberian makna sesuatu itu bernilai atau berharga tergantung pada konteks masyarakat setempat, dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang terdapat dalam masyarakat tersebut.

Studi Sosiologi Distribusi mengutamakan penggunaan metode ilmiah dalam usahanya menjelaskan fakta sosial melalui suatu penjelasan ilmiah. Penjelasan ilmiah adalah pernyataan-pernyataan mengenai masing-masing karakteristik dari sesuatu atau mengenai hubungan-hubungan yang terdapat di antara karakteristik tersebut, yang diperoleh melalui cara yang sistematis, logis dan dapat dipertanggungjawabkan, serta dapat diuji keberlakuannya terhadap fakta/kenyataan.

Metode penelitian mencakup adanya beberapa variabel yang dapat dibedakan menjadi variabel dependen dan variabel independen. Selanjutnya untuk menjelaskan suatu gejala, biasanya dianalisis suatu hubungan antarvariabel.


Barang dan Masalah Distribusi

Dalam masyarakat terdapat ratusan, ribuan atau bahkan jutaan jenis barang/jasa. Jenis-jenis itu dapat dilihat dari merek, model, bahan, dan sebagainya. Akan tetapi, barang-barang dalam hubungannya dengan kebutuhan dan konsumsi dalam masyarakat dapat dikategorikan menurut 2 sifat: Eksklusivitas dan kebersamaan pemakaian (joint consumption).

Eksklusivitas menyangkut kesempatan akses orang atau orang lain terhadap pemilikan, barang atau jasa. Sedangkan kebersamaan pemakaian (joint consumption) berkaitan dengan kesempatan orang atau orang lain untuk menggunakan barang/jasa dengan kualitas dan kuantitas tertentu. Sifat-sifat ini tidak bersifat diskrit tetapi kontinum. Demikian juga sifat tertentu dari suatu barang, tidak bersifat tetap akan tetapi berubah menurut konteks kebudayaan dan masa tertentu.

Barang-barang atau jasa dalam masyarakat secara sederhana dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu barang privat dan barang publik. Barang privat adalah barang yang dimiliki dan digunakan secara perseorangan. Sedangkan, barang publik adalah barang yang dimiliki bersama dan digunakan secara bersama. Klasifikasi ini didasarkan pada anggapan bahwa sifat barang mengikuti perbedaan sifat dikotomis.

Klasifikasi tersebut sangat menyederhanakan oleh karena itu, dikembangkan klasifikasi 4 kuadran yang lebih kompleks. Klasifikasi ini menyadarkan pada pemahaman bahwa sifat barang bervariasi secara kontinum. Pertemuan garis kontinum sifat eksklusivitas dan konsumsi bersama menghasilkan 4 kategori barang: Private goods, Tool goods, Common pool goods, dan Collective goods.

Posisi suatu barang tidak selalu tetap dalam kategori klasifikasi. Suatu barang dapat berubah kalasifikasinya karena perubahan konteks kebudayaan, atau perubahan waktu. Sifat ini disebut relatifitas klasifikasi barang.

Barang-barang/jasa dalam masyarakat didistribusikan kepada anggotanya melalui mekanisme tertentu yang berkembang dan diterima oleh masyarakat. Mekanisme pendistribusian ini menjadi lebih ketat ketika dilakukan untuk barang-barang yang bukan bersifat privat. Secara Sosiologis terdapat tiga faktor yang membentuk kondisi tersebut, yaitu:

  1. Faktor kategorisasi masyarakat terhadap barang (di dalamnya termasuk rasio jumlah kebutuhan dan jumlah barang).

  2. Faktor Pertahanan struktur masyarakat (kepentingan penghargaan status/ privilege)

  3. Faktor politik dan kepentingan ekonomi (kepentingan power dan ekonomi).

Dalam kerangka tersebut maka sedikitnya terdapat dua hal yang menjadi fokus kajian dalam sosiologi distribusi. Pertama, pada level operasional membahas tentang mekanisme yang dikembangkan masyarakat untuk menentukan seberapa banyakkah barang-barang boleh dikonsumsi, dan siapa sajakah yang mendapatkan prioritas untuk mengkonsumsi lebih dahulu dan lebih banyak. Hal ini terutama penting dalam keadaan jumlah barang yang tersedia tidak sebanding (lebih sedikit) dengan kebutuhan masyarakat. Kedua, pada level strategik, membahas tentang alasan pemilihan mekanisme distribusi tertentu dikaitkan dengan kepentingan masyarakat untuk hidup teratur dan kemajuan ekonomi (economy progress).

Tidak ada komentar: